banner

BBM turun, sembako naik, tanyakan kenapa?!

"harga bahan bakar sudah turun, tetapi harga barang-barang kebutuhan malah naik.mengapa?..." sebuah pertanyaan besar yang keluar dari masyarakat kecil Indonesia (kalau masyarakat kelas atas tidak terpengaruh lagi..?!). Harga BBM yang selama ini menjadi patokan harga bahan-bahan kebutuhan pokok kini sudah tidak lagi menjadi panutan. sebelum-sebelumnya, ketika harga bahan bakar naik, maka otomatis harga kebutuhan pokok pun manut, ikut-ikutan naik. Ini menjadi beban masyarakat kecil, sudah harga minyak naik, harga beras juga ikut naik, harga tempe naik, harga cabe naik. Kini, ketika harga BBM turun, masyarakat pun kebingungan, mengapa harga bahan pokok bukannya ikut turun, malahan tambah naik.
Ada beberapa alasan yang diungkapkan. pertama, penurunan BBM bukan dikarenakan turunnya nilai mata uang asing, shingga nilai rupiah naik, melainkan karena krisis ekonomi global yang terjadi sejak beberapa bulan lalu. Buktinya, rupiah saat ini berdiri kokoh pada level 11.000,- angka yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan kondisi sebelum terjadinya krisis ekonomi. Karena itulah, harga bahan-bahan kebutuhan, terutama yang berkenaan dengan nilai tukar mata uang asing (misalnya barang-barang produksi impor) akan kesulitan untuk ikut turun. hal ini bisa kita lihat dari produk-produk impor yang ada dipasaran. atau bahan baku produksi yang harus di impor, maka akan kesulitan untuk turun harga jualnya. sementara untuk barang-barang kebutuhan yang sifatnya lokal, seperti sayur-sayuran, beras, minyak, harganya akan menyesuaikan dengan kondisi nasional yang ada. tentunya bila barang tersedia, maka harganya pun akan murah, lain lagi bila barangnya langka, seperti kondisi yang terjadi pada wilayah-wilayah yang terisolir karena bencana bancir, yang menyebabkan distribusi bahan pokok terhambat sehingga terjadi kelangkaan, maka tentu harganya akan naik. Alasan kedua adalah ketidakmampuan pemerintah dalam mendukung sarana prasarana yang berhubungan langsung dengan perdagangan nasional. pemerintah terkesan acuh tak acuh. lihat saja dari tarif angkutan umum yang masih saja menjadi perdebatan. bahkan di lampung, organda di daerah tersebut tidak bersedia menandatangani kebijakan penurunan tarif angkutan umum yang didukung oleh beberapa kali demo para supir angkot yang tentu saja hal ini merugikan masyarakat. Alasannya sederhana, harga spare part masih mahal, dan yang kedua pungutan terhadap para supir angkutan umum yang sangat membebani. harusnya pemerintah bisa dengan bijak dalam mencari solusi agar tarif angkutan umum bisa turun. apa-apa yang menghambat turunnya tarif harus di cari pemecahannya. agar semua pihak tidak ada yang dirugikan. masyarakat untung, para supir pun untung.
kembali kepada harga bahan kebutuhan yang naik, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk harga minyak goreng, dimana telah dipasarkan "minyak curah kita", yang merupakan minyak goreng dengan harga subsidi yang dijual seharga Rp. 6000,- . Bagaimanapun, kembali lagi kepada pemerintah untuk bisa bersikap arif, serta adil dalam menentukan kebijakan. meski demikian masyarakat pun harus pintar dalam menghadapi kondisi yang seperti ini. masyarakat harus menjadi konsumen yang pintar dalam membeli. Jika ada barang yang lebih murah dengan kualitas yang baik, mengapa harus beli yang mahal???


0 comments: