banner

SBY Bisa Calon Tunggal

JAKARTA (Lampost): Karut-marut penyelenggaraan pemilu dan dominasi Partai Demokrat menggalang koalisi memungkinkan munculnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon tunggal dalam Pemilihan Presiden 1009.

Indikasi bakal munculnya calon tunggal bisa dilihat dari kekecewaan parpol atas meluasnya dugaan kecurangan Pemilu 9 April lalu, terutama kisruh daftar pemilih tetap (DPT). Pada Selasa (14-4), sejumlah tokoh politik dari berbagai parpol bertemu di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Jakarta. Mereka menolak hasil Pemilu 2009 karena dinilai tidak jujur dan adil. Sehari berikutnya, Mega kembali menerima sejumlah pimpinan parpol.

Semangat Partai Demokrat menggalang koalisi dengan sebanyak-banyaknya partai juga akan menghabisi kekuatan politik yang berseberangan dengan Blok S (SBY). Untuk partai yang memenuhi parliamentary threshold (PT/di atas 2,5% suara) saja, Partai Demokrat bakal menggandeng Partai Golkar, PAN, PKB, PPP, dan kemungkinan PKS. Hal itu belum termasuk dengan partai yang tidak lolos PT, antara lain PDS, PDP, PPPI, PKPI, dan akan disusul dengan Partai Pelopor dan PDK.

Sementara itu, Blok M (Mega) hanya didukung tiga partai, yaitu PDI-P, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Ketiga partai ini bisa saja menolak pilpres dengan tidak mengajukan pasangan calon sebelum KPU menyelenggarakan pemilu ulang yang bersih, jujur, dan adil.

Kotak Kosong

Kemungkinan SBY yang juga ketua Dewan Pembina Partai Demokrat maju sebagai calon tunggal bukan mustahil terjadi dalam Pilpres 2009. Ketua DPP Partai Bulan Bintang, Yusron Ihza Mahendra, juga mengingatkan kemungkinan itu. "Ini bukan karena boikot, melainkan akibat aturan main yang kurang kondusif," kata Wakil Ketua Komisi I DPR ini.

Walau begitu, lanjutnya, meski tidak bermaksud memboikot, masalahnya apakah partai-partai politik yang tidak puas atas aturan main Pemilu 9 April mau mengajukan calon. "Akal sehat akan mengatakan buat apa maju jika sudah pasti kalah akibat aturan main. Terutama masalah DPT yang kurang elegan," kata Yusron yang pernah menjadi peneliti dan dosen di Universitas Tsukuba, Jepang ini.

Yusron menunjuk tanggapan para politisi atas kemungkinan tanding melawan kotak kosong, yakni seolah-olah ini menunjuk pada adanya kesan boikot. Padahal persoalannya bukan demikian. "Aturannya kurang tegas, DPT amburadul, dan masalah teknis lain, memicu segala situasi tadi," kata dia.

Namun, lanjut dia, masalahnya perbaikan aturan main dan DPT tidak mudah karena hal ini dan membuka borok-borok serta aib yang mendasari pemilu sekarang. "Tindakan ini ibarat memukul air di dulang," ujarnya.

Meski demikian, Yusron yakin demi keselamatan negara, urusan boikot kecil sekali kemungkinannya. "Partai besar dan kecil rata-rata sudah dewasa dan tidak menginginkan krisis ketatanegaraan," ujar adik mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra ini.

Krisis dimaksud Yusron yakni jika ada kemungkinan pilpres tidak terselenggara, sedangkan perpanjangan masa jabatan presiden tidak dimungkinkan undang-undang.

Secara terpisah, akademisi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Denny, Indrayana menjelaskan tidak dibenarkan apabila nantinya SBY diajukan sebagai calon tunggal. Menurut dia, sesuai dengan undang-undang, capres dapat langsung terpilih satu putaran. "Tapi ini tidak berlaku bila tidak ada lawan," kata staf khusus Presiden SBY itu.

Ia juga belum dapat memprediksi apakah benar nantinya SBY maju sebagai calon tunggal atau tidak. "Hal-hal seperti ini berkaitan dengan kondisi politik setelah partai-partai berkoalisi. Jadi saya juga belum bisa banyak bicara," ujar dia.

taken from: lampungpost




0 comments: